Perjanjian Pra Nikah: Tak Melulu Soal Materi
Hm… siapa bilang perjanjian pranikah harus selalu menyangkut harta gono-gini? Untuk kita, ada 4 jenis perjanjian yang bisa dibuat ketika Anda berencana menikah dengan pasangan. Perjanjian ini sebaiknya memang disepakati sebelum Anda menikah, karena bila Anda menunggu setelah menikah dan terjadi konflik antara Anda dan pasangan, bisa jadi akan lebih sulit untuk mencari jalan keluarnya. Lebih baik melakukan pencegahan sebelum terjadi musibah, bukan? Nah, ini dia yang perlu Anda diskusikan dengan pasangan. Tentu saja, tidak menutup kemungkinan bila Anda dan pasangan memiliki perjanjian lain di luar yang disebutkan di bawah ini.
Siapa yang mengelola keuangan?
Jika Anda memasuki suatu hubungan perkawinan dengan pengelolaan uang yang kacau, tak lama lagi Anda akan menghadapi argumentasi yang terus-menerus dengan pasangan. Topiknya, “Kamu beli apa lagi?” atau “Kamu investasi berapa di situ?”. Selanjutnya, Anda akan terus bertengkar mengenai siapa yang bersalah sehingga Anda tidak dapat membayar tagihan-tagihan atau menabung.
Taffy Wagner, pakar finansial dan CEO of MoneyTalkMatters.com, menyarankan agar pasangan berbicara jujur mengenai kondisi keuangan sejak awal. “Tanyakan satu sama lain: bagaimana Anda mengelola keuangan ketika Anda masih lajang? Apa kesalahan-kesalahan yang pernah Anda buat, dan apa langkah-langkah Anda yang tepat?” Kemudian, tentukan siapa yang akan menjadi “bendahara” utamanya. Sebagai bendahara rumah tangga, Anda tak bisa mengambil langkah diam-diam. Selalu libatkan pasangan dalam langkah-langkah yang akan Anda ambil.
Agama apa yang akan dianut?
Pertanyaan ini penting untuk pasangan yang berbeda keyakinan. Sungguh tidak mudah membahas masalah ini, karena menyangkut iman seseorang kepada Yang di Atas, bukan? Perbedaan itu mungkin tidak begitu penting di antara Anda dan pasangan, namun belum tentu tidak penting untuk keluarga besar masing-masing. Kemudian, bagaimana kelak bila memiliki anak? Apakah Anda akan mendidik anak sesuai keyakinan Anda, atau keyakinan suami?
Yang perlu Anda ingat, tidak ada agama yang mengajarkan kita untuk memaksakan orang lain mengikuti agama kita. Bila salah satu memutuskan untuk mengubah keyakinannya, pastikan bahwa hal itu merupakan keinginan dan keputusannya sendiri. Bila si dia, misalnya, adalah pria yang menganut ajarannya dengan taat dan hal ini tercermin dalam perilakunya sehari-hari, untuk apa memintanya mengikuti keyakinan kita?
Kapan kita akan memiliki anak?
Di Indonesia sudah mulai ada pasangan yang sepakat untuk tidak memiliki anak. Boleh saja jika keputusan ini disepakati kedua belah pihak. Namun bila Anda dan pasangan berencana mempunyai anak pun, tetap harus didiskusikan kapan rencana ini akan dilaksanakan. Anda mungkin tak akan tahu bahwa pasangan ternyata belum siap. Menurut Susan Piver, penulis The Hard Questions: 100 Essential Questions to Ask Before You Say “I Do”, ternyata
banyak pasangan yang tak mendiskusikan hal ini. “Mereka baru mengetahui belakangan, entah salah satu tidak ingin memiliki anak, atau tidak mempunyai rencana waktu yang sama.”
Topik mengenai anak bukanlah sesuatu yang mudah disampaikan. Karena itu Piver menyarankan agar pasangan membicarakannya ketika sedang santai dan siap berdialog. Bila menyangkut kapan akan hamil, mintalah alasan pasangan mengapa masih ingin menunda kehamilan, atau mengapa ingin segera melaksanakannya. Pastikan bahwa tujuan dialog ini untuk menyampaikan pandangan Anda, bukan memenangkan argumentasi.
Kehidupan seks seperti apa yang Anda inginkan?
Seks adalah hal yang penting dalam perkawinan, meskipun bukan yang terpenting. Suami mungkin tak akan protes bila Anda selalu mengeluh kelelahan atau tidak mood, namun, Anda tak akan tahu bagaimana reaksinya dengan penolakan tersebut. Sejak awal perkawinan, Anda harus membicarakan hal ini dengan suami. Bila salah satu dari Anda mempunyai harapan yang berbeda dalam masalah seks, apa yang harus dilakukan.
Untuk mengangkat masalah ini, Anda bisa mulai dari hal yang paling sederhana. Pentingkah untuk selalu bersikap mesra dengan pasangan? Setelah itu, berikan usul seperti, “Kita harus gandengan tangan terus meskipun anak-anak kita sudah besar-besar.” Atau, cium suami setiap kali ia akan berangkat ke kantor. Jangan lupa, cinta itu harus selalu dirawat agar tetap tumbuh segar.
Anda sendiri, adakah perjanjian khusus yang dilakukan dengan suami saat menikah?
DIN
Sumber: WomansDay | www.Kompas.Com