• 08176445555
  • elly@parakramaorganizer.com
  • Lagoon Garden Hall

Makna di Balik Tradisi Pernikahan di Indonesia

Rata-rata pernikahan yang digelar di Indonesia menyelipkan upacara adat, seperti berebut daging ayam dan menginjak telur. Sebenarnya apa maksud dari adat atau tradisi tersebut? Adakah hubungannya dengan kehidupan pernikahan nantinya?

Berikut ini arti di balik beberapa tradisi yang kerap dilakukan dalam pesta-pesta pernikahan di Indonesia:

Burung Merpati
foto: ciungtips.blogspot.com

Merpati

Dalam rangkaian tata cara sabda nikah pada prosesi pernikahan adat Sunda, yang dilakukan saat hari-H, terdapat acara Melepas Merpati (Ngaleupaskeun Japati). Dalam prosesi ini, ibu kedua mempelai berjalan keluar sambil masing-masing membawa burung merpati. Ibu mempelai wanita membawa merpati betina, sementara ibu mempelai pria membawa merpati jantan, kemudian dilepaskan terbang di halaman. Tradisi ini melambangkan bahwa peran orang tua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka telah mandiri dan memiliki keluarga sendiri.
Pintu

Dalam rangkaian tata cara sabda nikah pada prosesi pernikahan adat Sunda, yang dilakukan saat hari-H, terdapat acara Buka Pintu. Dalam pernikahan adat Minahasa, dikenal dengan upacara Toki Pintu (maso minta).

Sebelum memasuki rumah keluarga pengantin wanita, pengantin pria harus mengetuk pintu tiga kali. Upacara ini memiliki makna penting khususnya dalam kehidupan bertetangga. Sebelum bergaul dengan tetangga, kita tentu harus membuka pintu terlebih dahulu agar diterima sebagai bagian dari lingkungan kita.

Sapu Lidi

Dalam prosesi pernikahan adat Sunda yang dilakukan satu hari sebelum hari-H, terdapat acara Dikeprak (dipukul pelan-pelan) dengan sapu lidi, yang menjadi bagian dari upacara Ngeuyeuk Seureuh. Makna yang terkandung di dalamnya adalah agar kedua mempelai saling memupuk kasih sayang dan giat bekerja.

Perlengkapan Adat Sunda
foto: aozora2006.wordpress.com

Selain itu, dalam prosesi pernikahan adat Sunda yang dilakukan saat hari-H, ada juga acara Membakar Harupat (lidi). Harupat (Lidi) adalah lambang sifat lelaki yang keras. Sikap pemarah lelaki yang digambarkan dengan nyala lidi. Api amarah lelaki itu menjadi padam ketika disiram dengan air kelembutan seorang wanita.

Makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwa sifat-sifat pemarah dan tak terpuji (getas harupateun) bagi lelaki yang akan menjadi tiang dan kepala rumah tangga itu harus segera dihilangkan sebelum memasuki bahtera rumah tangga.

Uang Logam

Dalam puncak dari serangkaian acara prosesi pernikahan adat Jawa Solo, yang menjadi bagian dari upacara Panggih terdapat acara Kacar-kucur. Dilaksanakan setelah upacara ijab, di mana kedua mempelai telah dianggap sah menjadi suami istri. Saat acara tersebut, mempelai pria mengucurkan penghasilan kepada mempelai wanita berupa uang receh beserta kelengkapannya. Makna yang terkandung di dalamnya adalah mempelai pria bertanggung jawab memberi nafkah pada keluarga.

Selain itu ada juga Sawer atau Nyawer. Asal kata nyawer adalah awer dan ibarat seember benda cair yang biasa di-uwar-awer (ditebar-tebar). Dulu hanya dilakukan terhadap salah satu pengantin saja, tapi sekarang dilakukan kepada kedua mempelai di luar kediaman mempelai wanita. Dan yang disawerkan adalah campuran beras, uang logam, kunyit, dan permen. Makna yang lebih dalam dari ritual ini adalah menebar nasihat kepada kedua mempelai sebelum memasuki bahtera rumah tangga.

Ayam

Adanya ayam pada semua upacara adat pernikahan biasanya bukan ayam hidup atau ayam mentah tapi sudah dimasak. Dalam prosesi pernikahan adat Minangkabau, tradisi yang dilakukan usai akad nikah terdapat acara Mangaruak Nasi Kuniang. Di mana kedua mempelai berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning. Makna yang terkandung di dalamnya adalah hubungan kerjasama antara suami istri harus saling menahan diri dan harus saling melengkapi.

Sedangkan dalam prosesi pernikahan adat Sunda yang dilakukan saat hari-H, terdapat acara Huap Lingklung atau Huap Deudeuh (kasih sayang). Diawali dengan kedua mempelai disuapi oleh kedua orang tuanya masing-masing. Kemudian kedua mempelai saling menyuapi. Acara Huap Lingklung diakhiri dengan saling menarik (pabetot-betot) bakakak ayam (ayam utuh yang dibakar).

Makna yang lebih dalam dari Huap Lingklung adalah sebagai tanda kasih sayang. Sedangkan makna yang terkandung dalam pabetot-betot bakakak ayam adalah sebagai simbol rezeki, siapa yang mendapatkan potongan ayam terbesar konon yang akan membawa rejeki lebih banyak. Dan setelah itu ayam dimakan bersama, maknanya adalah rezeki yang diperoleh harus dinikmati bersama.

Injak Telur
foto: anto-retno.blogspot.com

Telur & Kendi

Dalam puncak dari serangkaian acara prosesi pernikahan adat Jawa Solo, yang menjadi bagian dari upacara panggih terdapat acara Ngidak Endhog. Dilaksanakan setelah upacara ijab, di mana kedua mempelai telah dianggap sah menjadi suami istri. Saat acara tersebut, pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh pengantin wanita dengan kendi. Makna yang terkandung di dalamnya adalah sebagai simbol seksual kedua mempelai sudah pecah pamornya.

Sedangkan dalam proses pernikahan Adat Sunda, tradisi itu dinamai Nincak Endog. Prosesinya sama dengan Ngidak Endhog di atas. Makna yang terkandung adalah sebagai simbol keturunan. Telur adalah lambang segala awal kehidupan dan simbol kesuburan. Bila dalam acara tersebut telur yang diinjak pecah, maka pengantin akan segera  mendapatkan keturunan. Sementara mencuci kaki melambangkan penyucian diri dari segala hal negatif.

 

 

 

 

 

(eny/eny)

Sumber: www.wolipop.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *