.

sumber : http://entertainment.kompas.com/read/2012/04/18/1737255/Gelombang.Cinta.dalam.Kebaya.Riny.Suwardy

 

KOMPAS.com – Yasra, desainer kebaya dari Yasra Studio, mengatakan bahwa tren kebaya (pengantin) 2012 akan kembali ke kebaya klasik, meski tidak meninggalkan kesan mewah. Namun beda desainer, beda pula persepsi mereka dalam memprediksi tren kebaya 2012. Riny Suwardy, pemilik Rumah Mode Riny Suwardy, justru mengatakan bahwa tahun ini kebaya pengantin akan tampil lebih gemerlap, dan bisa dimodifikasi menjadi gaun pengantin untuk kesempatan berbeda.

Riny memperkenalkan konsep dasar kebaya pengantinnya dalam sesi khusus di Bidakara Wedding Expo di Hotel Bidakara, Jakarta, beberapa waktu lalu. Konsep yang diusungnya lebih fresh, girly, dengan tetap menjaga kesan anggun pada kebaya. Sentuhan kupu-kupu (papillon) menjadi sumber inspirasinya, karena Riny mengaku terpikat dengan ornamen warna-warninya yang berani. Kupu-kupu yang terbang dengan kepakan sayapnya yang indah setelah melalui masa pematangan diri dalam kepompongnya, juga menggambarkan kematangan diri Riny setelah 17 tahun menjadi perancang busana.

Unsur kupu-kupu ini ditampilkan di bagian dada, leher, pinggang, kerudung penutup kepala, hingga pada hiasan pada sanggul. Terkesan semarak dengan pilihan warna yang cenderung cerah.

Detail lain yang akan menjadi tren tahun ini adalah aksen yang disebut une vague d’amour, berupa alur gelombang yang disematkan pada bagian leher (kerah), ujung lengan, dada, atau pinggang, sehingga memberi kesan manis. Paduan payet, mote, dengan kristal Swarovski menambah kesan gemerlap pada kebaya yang akan dikenakan di hari istimewa ini.

Namun Riny, yang dulu dikenal dengan warna-warna tembaga dan cenderung gothic, kali ini menawarkan pilihan warna yang lebih “hidup”. Warna baru yang diperkenalkan untuk koleksi kebayanya adalah biru tosca dan hijau tosca. Perempuan berdarah Palembang ini lantas memadukannya dengan warna-warna lain yang kontras, misalnya biru tosca dan shocking pink, biru tosca dan silver, biru tosca dan maroon, hijau tosca dan abu-abu, serta terakota dan coklat.

“Pada dasarnya saya suka warna hijau tosca. Saya bayangkan taman yang luas berwarna hijau, dan seorang putri keluar dari pigura berlatar taman bunga yang luas dengan kebaya yang sangat cantik,” tuturnya dalam bincang santai dengan wartawan.

Pilihan warna tersebut tampak dalam lima kebaya yang dibawa oleh Riny di tempat pameran. Masing-masing dari kebaya tersebut menggunakan bahan berlapis; dimana kebaya panjang dari bahan tulle dan french lace yang dikenakan pada bagian luar dilapisi dengan kain yang dikaitkan di bagian pinggang. Sebagai kain dasarnya, Riny menggunakan lima jenis kain yang berbeda, terdiri atas kain lurik, songket padang, kain batik sidomukti, kain batik pesisiran, serta songket padang dari jenis yang lebih tipis dan halus. Padanan kain bawahannya ini bisa disesuaikan dengan adat dari pemakainya.

“Kebaya ini jika dimodifikasi bisa menjadi gaun. Dengan budget terbatas, satu kebaya bisa dipakai untuk dua acara, misalnya songket dilepas dan diganti dengan gaun. Bisa juga dipakai untuk perempuan yang berjilbab,” ujar desainer yang juga merancang kebaya pengantin Marshanda ini.

Kebaya rancangannya dibuat dengan detail yang rumit, dengan payet dan mote berukuran sangat kecil. Karena semua dikerjakan dengan tangan, pembuatan satu kebaya bisa memakan waktu empat sampai tujuh bulan, bahkan ada yang satu tahun. Tidak heran, satu helai kebayanya dihargai antara Rp 30 – 100 juta. Seringkali, kebaya yang belum jadi pun sudah dibeli pelanggan.

Selain untuk pesta pernikahan, kebaya Riny banyak dipesan untuk prom nite dan wisuda sarjana. Namun untuk acara yang lebih simpel, harga kebayanya tentu juga lebih terjangkau, yaitu sekitar Rp 7 juta. Setiap pelanggan selalu diperlakukan eksklusif, terbukti dari kebaya yang selalu hanya diproduksi satu buah. Sebagian karena kebayanya memang dibuat berdasarkan pesanan saja.

Secara umum, kebaya koleksi Riny banyak menggunakan warna abu-abu, coklat, serta bronze dan gold yang menurutnya merupakan warna yang selalu dicari pelanggan. Dalam setiap koleksinya, perempuan kelahiran 19 Januari 1971 ini memang selalu mengedepankan modifikasi agar kebaya tersebut dapat dikenakan untuk acara yang berbeda.

“Biasanya ada bagian-bagian dari kebaya yang bisa dilepas, sehingga kebaya bisa dipakai untuk kesempatan lain, misalnya pesta. Buat apa beli kebaya mahal-mahal kalau nggak bisa dipakai lagi, kan? Jadi, kebayanya nggak mubazir,” kilahnya sambil tersenyum.

 

Add Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


+ 17 = 21