Beda Riasan Dukun Manten dan "Make-up Artist"
http://female.kompas.com/read/2012/04/04/10112559/Beda.Riasan.Dukun.Manten.dan.Make-up.Artist.
KOMPAS.com – Yustine Aprianto adalah salah satu dukun manten, atau perias pengantin tradisional, yang sudah dikenal di Jakarta. Namun kini, Yustine tak lagi bergelar Dukun Manten, melainkan Perias Pengantin.
Perubahan nama ini sebenarnya tidak membuatnya berubah. Ia hanya lebih terbuka terhadap partnership, terutama karena putrinya, Icha Aprianto, mempelajari make-up di luar negeri. Sang putri yang kini menjadi make-up artist mengajak sang ibu untuk bermitra tiga tahun lalu. Hasilnya, Yustine yang memiliki Griya Busana di kawasan Jakarta Timur ini, bisa memberikan jasa make-up kolaborasi Dukun Manten dengan Make-up Artist.
“Kalau dukun manten itu lebih tradisional make-up-nya, masih menggunakan paes, dan warna-warnanya lebih terang, lebih tebal. Warna foundation-nya lebih kekuningan. Sedangkan riasan make-up artist warnanya cenderung lebih soft, pengaplikasiannya juga tidak terlalu tebal. Foundation-nya lebih ke putih, atau pink,” jelas Yustine, saat ditemui Kompas Female di Bidakara Wedding Expo, Hotel Bidakara, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dari segi merek, make-up yang digunakan pun berbeda. Dukun manten biasanya menggunakan make-up buatan lokal, sedangkan make-up artist menggunakan produk make-up internasional.
Icha mengatakan, sejak tiga tahun lalu banyak pengantin yang menyukai kolaborasi antara dirinya dengan ibunya. “Apalagi pengantin-pengantin usia muda, yang ingin make-up-nya soft, tapi tetap ada sentuhan tradisional dengan paes. Jadi kolaborasi saya dengan ibu sangat digemari. Sudah tiga tahun ini, paesnya dibuat ibu, saya yang melanjutkan make-up-nya,” tambah Icha.
Yustine berkisah mengapa ia yang harus membuat paesnya. Icha, yang belum menikah, secara tradisi belum dibolehkan untuk membuat paes pengantin. Itu sebabnya, untuk urusan paes selalu ditangani oleh sang ibu. Meskipun begitu, Yustine selalu terbuka terhadap saran-saran dari putrinya, sehingga keduanya saling berbagi ilmu dan bisa menetapkan teori mana yang harus dipilih untuk mengombinasikan riasan.
“Meskipun make-up artist itu sifatnya modern, tetapi karena ada kolaborasi dengan ibu yang dukun manten, maka make-up kami bisa tetap mempertahankan pakem-pakem yang harus dipatuhi dalam make-up pangantin,” jelas Icha.
Selain itu, meskipun ditangani oleh seorang make-up artist, kebanyakan calon pengantin yang menjadi klien ternyata menyukai pakaian pengantin tradisional seperti kebaya dan batik.
Yustine dan Icha menambahkan, tren busana pengantin dan make-up tahun 2012 akan kembali ke busana dan make-up tradisional. Icha bahkan memprediksi, kebaya berbahan velvet yang menjulur panjang menyapu lantai dan model dodot (busana adat Solo seperti kemben) akan kembali tren.
Sedangkan untuk make-up, Yustine memperkirakan make-up tradisional yang medok dan tebal akan kembali menjadi tren pada 2012. “Karena tamu yang datang biasanya dandan lebih heboh, maka pengantin harus dibuat menonjol supaya ketahuan yang mana pengantinnya. Make-up tradisional kan lebih medok,” tutup Yustine.