Peralatan Upacara Mekala-kalaan

1. Sanggah Surya

Di sebelah kanan digantungkan biyu lalung dan di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi berem. Sanggah Surya merupakan niyasa(simbol) stana Sang Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan stananya Dewa Sang dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.

Biyu lalung adalah symbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya, sebagai dewa kebajikan. Ketampanan, kebijaksanaan symbol pengantin pria.

Kulkul berisi berem symbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih, dewa kecantikan serta kebijaksanaan symbol pengantin wanita.

2. Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg)

Simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upacara mekala-kalaan serta diduduki oleh calon pengantin.

3. Tikeh Dadakan (tikar kecil)

Tikeh dadakan diduduki oleh pengantin wanita sebagai symbol selaput dara(hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikeh dadakan adalah sebagai symbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni).

4. Keris

Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya nyungklit keris, dipandang dari sisi spiritualnya sebagai lambing kepurusan dari pengantin pria.

5. Benang Putih

Dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap setinggi 30 cm.

Angka 12 berarti symbol dari sebel 12 hari, yang diambil dari cerita dihukumnya Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian tersebut.

Dari segi spiritual benang ini sebagai symbol dari lapisan kehidupan, berarti sang pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dari Brahmacari Asrama menuju alam Grhasta Asrama.

6. Tegen – tegenan

Makna tegen-tegenan merupakan symbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala.

Perangkat tegen-tegenan :

* Batang tebu berarti hidup pengantin artinya bisa hidup bertahap seperti hal tebu ruas demi ruas, secara manis

* Cangkul sebagai symbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja, berkarma berdasarkan Dharma

* Periuk symbol windhu

* Buah kelapa symbol Brahman (Sang Hyang Widhi)

* Seekor yuyu symbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan.

7. Suwun-suwunan (sarana jinjingan)

Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita, yang berisi talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengambangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal drai bibit yang kecil berkembang menjadi besar.

8. Dagang – dagangan

Melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala Resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut seperti kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.

9. Sapu lidi (3 lebih)

Simbol kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa berbelah tiga symbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang tridatu symbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkan kesucian.

Telor bebek symbol manik. Mempelai saling tending serabut kelapa (metanjung sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan penyucian diri, agar kekuatan triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut kelapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.

10.
Tetimpug

Bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.

Add Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


27 − = 20