main image angsul

Dalam tradisi adat Jawa baik Yogya maupun Solo, bukan hanya wanita yang mendapat bingkisan seserahan dari mempelai pria, calon pengantin pria pun berhak mendapat bingkisan balasan dari mempelai wanita.

Sejak beberapa bulan sesudah lamaran dan sebelum midodareni, calon pengantin wanita dan calon pengantin pria akan pergi berbelanja keperluan srah-srahan bersama-sama. Apabila dahulu, segala isi srah-srahan diserahkan sepenuhnya pada keluarga mempelai pria, di masa kini sang pengantin wanita turut berperan serta memilih isi srah-srahan agar tepat sesuai ukuran dan kebutuhan. Jadi barang-barang dalam srah-srahan tersebut dapat terpakai dan digunakan tanpa terbuang sia-sia.

Barang yang dibeli pun biasanya seputar kebutuhan pernikahan seperti  suruh ayu (semacam daun wangi), pakaian (kebaya, kain, baju pesta, baju kerja, dan lain-lain), perlengkapan perawatan tubuh (sabun, shampo, body lotion, bedak badan, dan lain-lain), kosmetik (pelembab, alas bedak, eye shadow, maskara, blush on, pensil alis, dan lain-lain), parfum, sepatu/selop, tas, pakaian dalam dan baju tidur, perhiasan/jam tangan, serta makanan (buah, kue kering, masakan tradisional, dan lain-lain). Terkadang ada pula mempelai yang menyerahkan barang pusaka misalnya keris atau kain adat.

Bukan hanya keperluan calon mempelai wanita, kedua calon pengantin pun turut membeli barang keperluan bagi mempelai pria. Tidak ada spesifikasi jenis barang yang diberikan, akan tetapi biasanya hantaran balasan yang biasa disebut angsul-angsul tersebut diberikan berupa makanan matang serta kue-kue.

Penyerahan angsul-angsul diberikan di malam midodareni, ketika mempelai wanita sedang melakukan tirakat berdoa untuk meminta restu dari Sang Pencipta. Tanpa menemui calon mempelai wanita, mempelai pria pun datang tanpa ditemani kedua orang tua, hanya didampingi kerabat terdekat dengan membawa srah-srahan. Kedatangan mempelai pria menemui keluarga mempelai wanita bertujuan untuk memastikan keadaan pria yang siap menyambut hari pernikahan esok hari. Selain itu, kehadiran mempelai pria di hari tersebut serta-merta untuk melanjutkan prosesi pranikah setelah sebelumnya telah melakukan prosesi siraman. Ada dua prosesi yang harus dijalani mempelai pria.

1. Nyantri

Nyantri merupakan prosesi dimana mempelai pria akan diberi petuah serta arahan dalam membina keluarga seperti yang tertera dalam catur wedha. Empat butir nasihat yang tercantum dalam catur wedha akan dibacakan oleh ayah mempelai wanita, dan setelah itu catur wedha yang telah dibingkai diserahkan kepada mempelai pria. Lalu ibu mempelai wanita akan memberi minum segelas air putih kepada mempelai pria. Malam tersebut mempelai pria tidak diperkenankan makan selain minum air putih hingga tengah malam tiba.

2. Angsul-angsul

Setelah menerima petuah dalam acara nyantri atau jonggolan, sebelum melangkah pulang ibu mempelai wanita akan memberikan srah-srahan tanda balasan yang biasa disebut angsul-angsul. Barang yang diberikan berupa makanan matang dan kue-kue. Pemberian angsul-angsul diharapkan menjadi tanda kasih yang dapat mempererat hubungan dengan calon besan.

Walau jumlah barang dalam angsul-angsul tidak sebanyak pada srah-srahan, pemberian angsul-angsul pun tidak sembarangan atau asal-asalan. Cara mengemas pun diperhatikan, dan dibuat seindah mungkin dengan bantuan sentuhan tangan vendor yang ahli mengemas srah-srahan dan angsul-angsul. Dengan cara seperti itu menjadi tanda bahwa pihak keluarga wanita sangat menghargai calon besannya.

Setelah ibu mempelai wanita memberikan angsul-angsul makanan dan kue, ayah mempelai wanita pun memberi kancing gelung yang menjadi angsul-angsul utama. Kancing gelung terdiri dari satu set busana pengantin yang dikenakan di hari pernikahan dan sebilah keris.

Foto: Moment Istimewa

Sumber: www.weddingku.com

Add Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


3 + = 10