Bagian dari Yogyakarta yaitu Kotagede pernah menjadi pusat kesultanan Mataram antara tahun 1575-1640. Tak heran jika gaya busana dan prosesi pernikahan Yogyakarta merupakan warisan leluhur yaitu kerajaan Mataram.

Warisan budaya yang unik dan sarat makna ini juga melibatkan seluruh keluarga besar calon mempelai dalam setiap ritual prosesi pernikahan. Hal ini mengingat pernikahan tidak sekadar menyatukan dua insan manusia, tapi juga menyatukan dua keluarga besar. Berikut urutan beserta komponen-komponen adat pernikahan gaya Jawa Yogyakarta yang lazim dilaksanakan oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.


NONTONI
Tata cara ini dilakukan untuk mengetahui bibit, bebet dan bobot atau untuk mengetahui asal-usul dan latar belakang calon mempelai. Namun di masa sekarang, kebanyakan calon pengantin sudah saling mengenal pasangannya sendiri tanpa dijodohkan oleh orang tuanya.

LAMARAN
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Mereka membawa oleh-oleh yang telah diletakan dan dibawa oleh dua orang pria. Makanan yang dibawa biasanya terbuat dari beras ketan seperti jadah, wajik, rengginang, pisang raja, gula, teh, lauk-pauk dan masih banyak lagi. Makanan dari ketan mengandung makna agar kelak kedua mempelai tetap rukun, kekal dan pliket (lengket) satu sama lain, serta hubungan kedua besan juga tetap akrab.
JAWABAN
Jika lamaran diterima, maka pihak orangtua calon mempelai wanita mengirimkan utusan untuk memberikan jawaban atas lamaran dari pihak calon mempelai pria. Setelah ada kesepakatan waktu dari kedua belah pihak, utusan tersebut datang dan memberikan jawaban bahwa lamaran si pria diterima. Utusan tersebut membawa oleh-oleh sebagai balasan untuk mempererat persaudaraan. Setelah lamaran diterima, kedua belah pihak sama-sama merundingkan hari, tanggal dan waktu dilaksanakan peningsetan.

PENINGSETAN
Peningsetan mengandung arti bahwa kedua belah pihak bersepakat untuk menjadi besan atau bersedia untuk menjadi calon menantu. Kata peningsetan berasal dari kata peningset yang artinya pengikat.

UPACARA TARUB
Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi. Perlengkapan utama yang dibutuhkan dalam tarub adalah tuwuhan (hiasan dari dua pohon pisang yang sedang berbuah, kelapa gading, untaian padi, tebu wulung, daun beringin, dan daun dadap srep. Setelah selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa untuk menutupi rumah yang ada tutup keyongnya (rumah berbentuk limasan/runcing dengan lubang berbentuk segitiga di bawahnya).

Pemasangan bleketepe bertujuan untuk menolak bala. Tak lupa sajen tarub yang dimakan bersama setelah pemasangan tarub, tuwuhan dan bleketepe selesai. Menurut tradisi jawa, pemasangan tarub beserta tuwuhan dan bleketepe dilaksanakan berdasarkan perhitungan waktu, hari dan tanggal yang cermat. Pelaksanaannya biasanya bersamaan dengan berlangsungnya upacara siraman, hanya waktunya saja yang berbeda. Misalnya, jika pasang tarub dilakukan pukul 09.00, upacara siraman dilakukan pukul 16.00.

UPACARA NYANTRI
Dahulu, diadakan pula upacara nyantri yang dilakukan 1-3 hari sebelum acara ijab. Calon mempelai pria diserahkan kepada orangtua calon mempelai wanita. Kemudian calon mempelai pria dititipkan di rumah salah satu saudara atau tetangga keluarga calon mempelai wanita. Nyantri dilakukan untuk menghindari terjadinya pindah wutah atau calon mempelai pria tidak datang pada hari pernikahan. (*/dwianeu)

Add Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


37 − = 31