Bagi kamu yang berasal dari daerah Keratonan Yogyakarta, atau ingin melangsungkan pernikahan dengan adat Keratonan Yogyakarta sepertinya harus berbangga. Kenapa demikian? Karena ternyata pernikahan dengan adat khas Keraton Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh adat dari budaya lain di Indonesia. Nah, daripada penasaran kira-kira apa saja keunikan dari prosesi pernikahan tersebut. Langsung saja kita simak 5 hal unik dari prosesi pernikahan khas Yogyakarta berikut ini.

 

1. Prosesi ‘Mbethak’

Di awal pernikahan biasanya para pengantin akan disuguhi upacara yang disebut ‘Mbethak’. Hal ini ternyata diakukan langsung oleh Sultan Yogyakarta atau yang biasa disebut ‘Ngarsa Dalem’ beserta sang permaisurinya. Upacara ini memiliki makna bahwa Sultan Yogyakarta akan segera mendapatkan mantu. Upcara ini pun diawali dengan prosesi menanak nasi. Cukup unik bukan?

 

2. Prosesi Majang Tarup Dan Tuwuhan

Tak jauh berbeda dengan prosesi pemasangan ‘bleketepe’ dari adat istiadat Solo, maka Majang Tarup atau atap ini juga menjadi sebuah tanda bahwa seorang raja maupun sultan akan memiliki hajat pernikahan. Bagi rakyat biasa, maka upacara ini memiliki nama ‘gaba-gaba’. Bentuknya cukup sederhana, hanya berupa atap yang berupa tenda ataupun berbentuk anyaman blarak serta daun kelapa. Namun dibalik kesederhanaannya tersebut, memiliki makna yang cukup kuat.

 

Setelah prosesi Majang Tarup ini selesai, maka selanjutnya akan dilakukan proses pemasangan tuwuhan atau tumbuhan. Ritual ini memiliki makna agar mempelai mampu memiliki kebahagian dan kemakmuran selama menjalani pernikahan.  Pada akhirnya, keseluruhan prosesi pun akan ditutup dengan memanjatkan doa kepada sang pencipta untuk mendapatkan kelancaran dan keselamatan.

 

3. Prosesi Sungkeman

Selanjutnya ada prosesi Sungkeman. Prosesi ini akan dilakukan jika calon mempelai telah menjalani prosesi pingitan selama 40 hari. Setelahnya, kmereka akan sungkeman kepada Ngarsa Dalem yang merupakan bapak dari calon pengantin putri. Serta sungkem kepada Permaisuri yaitu ibu dari calon pengantin putri. Pada saat proses sungkeman, biasanya akan didampingi oleh ‘Damel Putri’ yang merupakan putri tertua dari Ngarsa Dalem.

 

4. Prosesi Siraman Mempelai Wanita Dan Kakung

Menurut adat keraton Yogyakarta, kedua mempelai harus menjalani prosesi siraman. Prosesi ini bertujuan untuk menyucikan diri, sekaligus memanjatkan doa agar pernikahan ini dapat berjalan secara khidmat dan selamat. Setelah melalui proses siraman, barulah kedua mempelai akan melanjutkan prosesi ‘Midodareni yang termasuk didalamnya ada upacara Tantingan.

 

Bagi kamu yang belum tahu, prosesi Midodareni dan Tantingan ini juga termasuk salah satu prosesi pernikahan yang tidak dimiliki oleh adat istiadat lain yang ada di Indonesia dalam hal prosesi pernikahan.

 

5. Prosesi Adat Panggih

Diantara keempat prosesi sebelumnya diatas, bisa dikatakan bahwa prosesi adat Panggih ini adalah prosesi yang paling banyak menarik perhatian. Pasalnya, dalam prosesi ini sang pengantin wanita akan ‘dipondong’ oleh pengantin pria dengan dibantu oleh Kakung. Prosesi ini juga yang hanya bisa ditemukan di Keraton Yogyakarta. Setelah semua prosesi telah selesai dilakukan, maka akan diakhiri dengan upacara pamitan.

Add Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


33 − 32 =