https://www.instagram.com/raisa6690/?hl=id

Pernikahan selalu identik dengan kebahagiaan dan kesakralan dalam sebuah hubungan percintaan. Begitupun dengan berbagai adat di Indonesia yang selalu memiliki keunikan sakral nya masing-masing soal pernikahan ini. Salah satunya adalah pernikahan adat Sunda yang menggabungkan keindahan, keanggunan, menjadi sesuatu yang sakral.

Dan dibalik pernikahan adat Sunda tersebut, ternyata menyimpan makna dan filosofi yang cukup mendalam di tiap prosesinya yang bikin baper loh. Lantas, kira-kira seperti apa prosesi pernikahan adat Sunda tersebut beserta maknanya? Berikut Gebyar Pernikahan Indonesia akan membahasnya satu persatu untuk Kamu, diantaranya:

1. Prosesi Adat Neundeun Omong

Dalam tradisi Sunda, bila pasangan telah serius untuk menuju pernikahan maka prosesi pun diawali dengan “neundeun omong”, dimana para wali atau keluarga dari sang pria akan datang mengunjungi rumah wanita untuk melakukan silaturahmi terlebih dahulu. Dalam prosesi ini pihak sang mempelai pria juga akan menanyakan mengenai status sang wanita. Ini adalah titik awal yang menjadikan prosesi pembuka sebelum menuju ke lamaran dan pernikahan.

2. Prosesi Adat Narosan

Di tahap selanjutnya pernikahan adat Sunda,  pasangan akan memasuki prosesi adat selanjutnya yaitu “Narosan” atau lamaran. Tak jauh berbeda pada umumnya, lamaran ini pun dilakukan secara resmi dimana pihak pria akan membawa berbagai macam seserahan menuju rumah sang wanita. Uniknya, di masing-masing keluarga akan ditunjuk satu juru bicara untuk mendiskusikan seputar penyelenggaraan pernikahan.

3. Prosesi Adat Ngaras

Prosesi adat yang satu ini bisa dibilang sebagai salah satu tahap yang paling mengharukan bagi pasangan pernikahan adat Sunda. Pasalnya, pada prosesi adat ini, baik sang pria maupun sang wanita berupaya untuk meminta izin kepada kedua orangtua mereka dengan cara mencuci serta membasuh kaki orangtua.  Prosesi adat ini sendiri memiliki makna untuk menghormati orangtua demi mendapatkan berkah setelah berumah tangga nantinya.

4. Prosesi adat Ngebakan

Yang satu ini merupakan prosesi adat pernikahan Sunda yang paling umum. Ngebakan yang berarti Siraman menjadi salah satu cara untuk membersihkan tubuh, pikiran, serta jiwa kedua mempelai agar menjadi suci sebelum melangsungkan pernikahan. Ngebakan sendiri secara umum dilakukan sekitar tiga hari menjelang pernikahan dengan menggunakan air yang telah bercampur dengan kembang tujuh rupa. Jika pengantin beragama Islam, maka biasanya prosesi Ngebakan ini akan diawali oleh pengajian terlebih dahulu.

5. Prosesi Adat Ngeuyeuk Seureuh

Masih menuju akad pernikahan, masih ada prosesi yang harus dilakukan yaitu “ngeuyeuk seureuh” yang dilakukan oleh seorang yang disebut “ pangeuyeuk” atau orang yang menjadi pemimpin sekaligus pembimbing untuk melakukan prosesi adat ini. Jika dalam prosesi adat sebelumnya, yaitu ngaras, kedua mempelai berusaha untuk meminta izin dan restu orangtua, maka pada prosesi adat inilah para orangtua memberikan restu beserta dengan beberapa nasehat lewat beberapa benda perlambangan yang telah disediakan. Di zaman modern ini, biasanya prosesi adat ngaras dan ngeuyeuk seureuh sudah mulai dijadikan sebagai satu kesatuan.

6. Prosesi Adat Saweran

Yang terakhir, dan yang tak kalah penting dalam pernikahan adat Sunda adalah prosesi adat “saweran” . Bukan untuk menyawer biduan dangdut, tapi tradisi ini berupa kegiatan melempar beraneka barang diantaranya seperti beras, kembang gula, kunyit, hingga uang, yang masing-masing benda atau barang tersebut memiliki filosofinya masing-masing. Seperti misalnya beras berarti lambang kemakmuran, kunyit sebagai lambang kejayaan, kembang gula sebagai lambang harmonisnya rumah tangga, dan uang yang melambangkan rezeki.

Itulah tadi beberapa prosesi adat yang ada pada pernikahan adat Sunda. Jadi, bagi kamu yang ingin menikah dengan adat Sunda, sudahkah mempersiapkan semuanya?

Kamu juga bisa mengunjungi langsung pameran pernikahan tradisional terbesar di Indonesia yaitu “Gebyar Pernikahan Indonesia edisi 13” yang mengangkat tema Pernikahan Adat Sunda pada tanggal 07-09 Februari 2020 bertempat di Kartika Expo center, Balai Kartini Jakarta.

Add Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


49 − 39 =